MODUL
5
KELOMPOK
SOSIAL
KEGIATAN BELAJAR 1 : JENIS-JENIS KELOMPOK SOSIAL
Landis
(1986) mengemukakan adanya beberapa alasan yang menjadikan kelompok itu penting
untuk dipelajari yaitu :
a. Di dalam kelompok terjadi proses
mempelajari nilai-nilai, sikap, dan cara-cara yang diberlakukan. Contoh paling
sederhana adalah keluarga. Di dalam keluarga terjadi proses transmisi
kebudayaan dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda.
b. Kebanyakan proses sosialisasi
terjadi di dalam kelompok. Proses sosialisasi yang di definisikan sebagai
proses individu mempelajari pola-pola tindakan dalam interaksi dengan
beranekaragam individu yang ada di sekelilingnya yang mempunyai bermacam-macam
peran sosial ini berlangsung sejak individu masih kecil hingga masa tuanya. Ada
tiga agen sosialisasi yang utama yaitu Keluarga, Peer-Group dan Sekolah.
c. Kelompok mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi individu.
A. PENGERTIAN
KELOMPOK SOSIAL
Definisi
yang sifatnya sangat umum mengartikan kelompok sebagai kumpulan orang-orang.
Robert K. Merton mengartikan kelompok sebagai sejumlah orang yang berinteraksi
satu dengan yang lainnya menurut pola-pola yang mantap. Menurut Zanden
(1993:101) Sosiolog melihat kelompok
lebih sebagai dua atau lebih orang yang mengembangkan perasaan kebersatuan dan
yang terikat bersama-sama oleh pola interaksi sosial yang relatif stabil. Di
lain pihak, ada yang mendefinisikan kelompok sebagai sejumlah orang yang
berinteraksi secara bersama-sama dan memiliki kesadaran keanggotaan yang
didasarkan pada kehendak-kehendak perilaku yang disepakati.
Karakteristik
yang menandai kelompok yaitu ( Goode , 1988:175-176; Landis,1986; Robert K.
Merton dalam Sunarto,2000)
1.
Adanya
kesadaran di antara para anggotanya bahwa mereka mempunyai identitas yang sama
sehingga muncul kesadaran untuk saling memiliki
2.
Adanya
harapan bahwa kebersatuan mereka akan berlangsung dalam waktu yang lama,
artinya ada kebutuhan akan stabilitas.
3.
Adanya
kecenderungan untuk memunculkan serangkaian norma yang dijadikan sebagai
pedoman tingkah laku anggotanya. Apabila anggota kelompok melanggar norma
tersebut maka mereka akan mendapat sanksi.
4.
Adanya
interaksi antar anggota ( di dalam kelompok ) yang sifatnya lebih intensif
daripada dengan orang di luar kelompok.
Karaktreristik
pokok dari kelompok adalah :
1.
Adanya
interaksi yang terpola
2.
Adanya
kesadaran akan identitas yang sama.
Karakteristik lain dari kelompok
menurut Sukanto(1983) :
1.
Hubungan
sosialyang mempunyai batas sehingga orang-orang akan terbagi menjadi dua yaitu
sebagai outsider dan insider.
2.
Suatu
unit yang mempunyai tujuan karena kita melihat kelompok sebagai sesuatu yang
nyata dan bersifat eksak.
3.
Suatu
unit yang mempunyai subkultur dan counterculture yaitu serangkaian norma-norma
dan nilai-nilai yang unik dan yang berbeda.
4.
Suatu
unit yang mengembangkan kesetiaan yang menyebabkan kita merasa bahwa kita
adalah suatu unit dengan identitas berbeda .
B. JENIS-JENIS
KELOMPOK
1.
Klasifikasi
Bierstedt
Robert
Bierstedt ( Sunarto,2000) menggunakan kriteria a) organisasi b) hubungan sosial
diantara anggota kelompok dan c) kesadaran jenis untuk membedakan jenis-jenis
kelompok.
a. Kelompok
Asosiasi
Di
definisikan sebagai kelompok yang mempunyai kepentingan pribadi dan kepentingan
bersama di mana di antara anggotanya terdapat hubungan sosial (kontak dan
komunikasi) dan diikat oleh ikatan organisasi formal.
b. Kelompok
Sosial
Diartikan
sebagai kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan berhubungan satu
dengan yang lain tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi.
c. Kelompok
Kemasyarakatan
Adalah
kelompok yang mempunyai kesadaran akan persamaan di antara anggotanya. Dalam
kelompok kemasyarakatan ini belum ada kontak dan komunikasi di antara para
anggotanya serta belum ada organisasi. Dalam kelompok ini terdapat kesamaan
kepentingan pribadi, tetapi tidak ada persamaan kepentingan umum
d. Kelompok
Statistik
Adalah
kelompok yang toidak mempunyai organisasi , tidak ada hubungan sosial di antara
anggotanya, serta tidak ada kesadaran jenis. Kelompok ini ada dalam rangka
membuat analisis ilmiah.
2.
Klasifikasi
Emmile Durkheim
Emile
Durkheim dalam bukunya yang berjudul The
Division Of Labor In Society (1968) membedakan antara masyarakat sederhana
dengan masyarakat kompleks atas dasar solidaritasnya.
a.
Kelompok
atas dasar solidaritas mekanik
Menurut
Emile Durkheim Solidaritas Mekanik
merupakan ciri masyarakat sederhana.
Karakteristik
Masyarakat Sederhana (Sunarto,2000) :
1)
Hidup
dalam kelompok-kelompok di mana kelompok-kelompok ini tinggal secara tersebar
dan hidup terpisah satu dengan yang lainnya.
2)
Masing-masing
kelompok dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa perlu melakukan hubungan
kerjasama dengan kelompok lainnya.
3)
Masing-masing
anggota dapat menjalankan peran yang diperankan oleh anggota lainnya.
4)
Belum
ada pembagian kerja di antara para anggotanya.
5)
Para
anggotanya dituntut untuk mengutamakan persamaan perilaku dan sikap.
6)
Menjunjung
tinggi kebersamaan, sehingga perbedaan tidak dibenarkan
7)
Anggota
masyarakatnya diikat oleh kesadaran kolektif yaitu kesadaran bersama yang
mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok yang bersifat ekstern
dan memaksa.
8)
Keseimbangan
masyarakat dikontrol oleh serangkaian aturan dimana sanksinya bersifat represif
dalam bentuk hukum pidana, seperti pengucilan, pemasungan dll.
b.
Kelompok
atas dasar solidaritas organik
Selain
solidaritas mekanik terdapat pula solidaritas organik, yang mengikat masyarakat
yang dikelompokkan sebagai masyarakat kompleks.
Karakteristik
Masyarakat Kompleks ( Sunarto,2000) :
1)
Sudah
mengenal pembagian kerja secara rinci sehingga orang cenderung menjadi
profesional sesuai bidangnya.
2)
Dipersatukan
oleh saling ketergantungan antar bagian. Karena masing-masing hanya profesional
di bidangnya maka dalam rangka memenuhi kebutuhannya setiap orang memerlukan
bantuan orang lain.
3)
Tiap
individu anggotanya menjalankan peran yang berbeda, dimana peran yang berbeda
ini menyebabkan mereka harus saling bergantung.
4)
Diikat
oleh kesepakatan yang terjalin di antara berbagai kelompok profesi. Hubungan sosial
yang terjalin dalam kelompok ini biasanya dibentuk dan dikembangkan atas dasar
kesepakatan-kesepakatan.
5)
Sanksi
restitutif berupa ikatan hukum
perdata. Oleh karena uang /kekayaan menduduki peranan penting maka sanksi yang
berupa uang /kekayaan mulai diberlakukan.
3.
Klasifikasi
Ferdinand Tonnies
a. Gemeinschaft
F.
Tonnies mengambarkan Gemeinschaft sebagai
kehidupan bersama yang intim , pribadi, dan ekslusif, yaitu suatu ikatan yang
dibawa sejak lahir.
1)
Gemeinschaft By Blood, yang mengacu pada ikatan kekerabatan,
contoh:Marga
2)
Gemeinschaft Of Place, yang mengacupada lokasi, contoh
: Kelompok Mahasiswa Minang.
3)
Gemeinschaft Of Mind, yang mengacu pada hubungan
persahabatan yang disebabkan oleh adanya persamaan keahlian atau pekerjaan
serta pandangan yang mendorong orang untuk saling berhubungan secara teratur,
contoh: kelompok Nadhlatul Ulama ( NU )
b. Gesellschaft
Kebalikan
dari Gemeinschaft, F. Tonnies
mengambarkan Gesellschaft seabagai
kehidupan publik , sebagai orang yang kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing
tetap mandiri. Pada Gemeinschaft,
individu pada dasarnya salin bersatu walaupun terdapat faktor yang memisahkan
mereka, maka pada Gesellschaft, individu
pada dasarnya terpisah walaupun terdapat
banyak faktor yang mempersatukan.
4.
Klasifikasi
Charles Horton Cooley
a. Kelompok
primer (primary group)
Cooley
(Sunarto, 2000) mendefinisikan sebagai kelompok yang “characterized by intimate face to face association dan cooperation”
(kelompok yang mempunyai karakteristik adanya hubungan intim dan kerjasama yang
sifatnya tatap muka)
Kondisi
yang memungkinkan tumbuh dan berkembang kelompok primer (Soekanto, 1982) :
1)
Ukuran
kelompok primer biasanya kecil sehingga memungkinkan terbentuknya hubungan yang
bersifat personal.
2)
Adanya
kontak yang bersifat tatap muka sehingga memungkinkan para anggotanya untuk
dengan mudah saling bertukar ide dan perasaan.
3)
Kemungkinan
untuk mengembangkan ikatan kelompok primer meningkat apabila terdapat kontak
yang sifatnya intesif dan terus menerus
Peranan kelompok primer (Zanden,
1993: 102-103) :
1)
Merupakan
media penting dalam proses sosialisasi
2)
Menyediakan
setting di dalam dimana kita bertemu dengan kebutuhan-kebutuhan personal kita.
3)
Bertindak
sebagai instrumen yang kuat bagi suatu kontrol sosial.
b. Kelompok
Sekunder (secondary group)
Menurut
Ellwort Faris konsep ini tidak berasal dari C.H. Cooley, melainkan dari
sejumlah ahli sosiologi untuk melengkapi konsep kelompok primer dari Cooley.
Kelompok
sekunder adalah kesatuan sosial dari dua orang atau lebih yang terlibat dalam
hubungan yang bersifat impersonal
dimana anggotanya tergabung bersama-sama untuk tujuan praktis yang sifatnya
spesifik.
Ciri
kelompok sekunder (Landis, 1986)
1)
Hubungan
sosial lebih bersifat impersonal
2)
Interaksi
bersifat superfisial dan lebih didasarkan pada kepentingan.
3)
Keberadaan
individu diakui dari kemampuannya bukan dari dirinya sebagai individu.
4)
Interaksi
dan komunikasi didasarkan pada nilai-nilai dari kemampuan tersebut, bukan dari
kualitas seseorang pada umumnya.
5.
In-group dari W.G. Sumner
a. Kelompok
in-group
Adalah
kelompok dimana kita mengidentifikasikan diri kita dan merasa menjadi milik
dari kelompok tersebut
b. Kelompok
Out-group
Adalah
kelompok dimana kita tidak mengidentifikasi diri kita dan tidak merasa memiliki
kelompok tersebut
Perbedaan antara in-group dan out-group terdapat pada pembatas sosial yang lebih merupakan
ketidak tersambungan interaksi sosial. Pembatas sosial ini mempunyai 2 peranan
(Zanden,1993:103) :
1.
Mencegah
outsider (orangluar) memasuki wilayah
kelompok
2.
Mempertahankan
insider dalam “wilayahnya”
6.
Kelompok
acuan dari Robert K. Merton
Kelompok
acuan (Reference Group) adalah unit
sosial yang kita gunakan untuk menilai dan membentuk sikap, perasaan, dan
tindakan, atau dengan lkata lain kelompok yang berperanan sebagai model dari
suatu perilaku.
Kelompok
acuan mempunyai dua fungsi (Zanden,1993 : 105)
a.
Fungsi normatif : memberikepada individu
anggotannya nilai-nilai dan norma-norma yang dimiliki oleh kelompok acuan
tersebut.
b.
Fungsi komparatif : kelompok acuan ini dapat
menimbulkan perasaan “tercerabut”
atau kehilangan ketika keanggotaan kelompok kita tidak cocok dengan kelompok
acuan.
Sosialis
Antisipatoris adalah
perubahan kelompok acuan yang sering mendahului perugbahan anggota kelompok. Menurut
Merton(Sunarto,2000) sosialisasi antisipatoris mempunyai dua fungsi yaitu :
a.
membantu
diterimanya seseorang masuk ke dalam anggota kelompok yang baru.
b.
membantu
penyesuaian diri anggota baru dalam kelompok yang baru tersebut.
7.
Tipe-tipe
kelompok yang lainnya
a. Kelompok
sukarela dan kelompok non-sukarela
Kelompok Sukarela (Voluntary Group) adalah kelompok yng dicirikan
oleh keanggotaannya yang bersifat pilihan terbuka , artinya individu akan
bergabung atau tidak bergabung dengan kelompok tersebut tergantung pada
kemampuan individu terbut.
Kelompok Non-Sukarela dalah kelompok yang keanggotaan yang otomatis dan
adanya keharusan untuk bergabung.
b. Kelompok
Vertikal Dan Kelompok Horizontal
Kelompok Vertikal adalah kelompok yang
keanggotaannya berasal dari tingkatan kelas tertentu.
Kelompok Horizontal adalah kelompok-kelompok yang
berasal dari bermacam-macam kelas sosial.
c. Temporary
Group Dan Permanent Group
Temporary Group adalah kelompok yang dibentuk
bagi tujuan kepentingan jangka pendek yang sifatnya tunggal.
Permanent Group adalah kelompok yang terbentuk
untuk jangka waktu yang lama sehingga sifatnya permanent.
d. Kelompok
Terbuka Dan Kelompok Tertutup
Kelompok terbuka adalah kelompok dimana tiap-tiap
individu bisa menggabungkan diri sebagai
anggota. Walaupun masih ada berbagai persyaratn rekrutmen, kenggotaannya
cenderung mudah dimiliki. Sedangkan untuk masuk dalam Kelompok Tertutup cenderung terbatas atau sukar.
e. Kelompok
Mayoritas Dan Kelompok Minoritas
Kelompok Mayoritas adalah kelompok kekuasaan ,
yaitu kelompok yang dianggap berhak menciptakan labe-label bagoi kelompok
lainnya(minoritas) dan berkuasa atas kehidupan Kelompok Minoritas.
KEGIATAN BELAJAR 2
: HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK
A.
PENGERTIAN HUBUNGAN ANTAR
KELOMPOK
Hubungan antar kelompok secara
umum diartikan sebagai hubungan antara dua kelompok atau lebih yang memiliki
ciri khusus. Kelompok yang saling berhubungan ini oleh Kinloch diklasifikasikan
berdasarkan kriteria fisiologis, kebudayaan, ekonomi dan perilaku.
Kriteria
Fisiologis meliputi
jenis kelamin, usia, dan ras. Kriteria
Kebudayaan seperti kelompok etnis, dan agama. Kriteria Ekonomi meliputi mereka yang memiliki kekuasaan
ekonomi dan yang tidak memiliki kekuasaan ekonomi. Sementara Kriteria Perilaku meliputi mereka
yuang memiliki cacat fisik, mental maupaun mereka yang menyimpang dari tatanan
masyarakat yang sudah mapan ( Devian ).
B.
DIMENSI HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK
1.
Dimensi
Sejarah
Dimensi
sejarah mengarah pada proses tumbuh dan berkembangnya hubungan sosial
antarkelompok. Teori –teori yang menjelaskan hubungan sosial antar kelompok
dalam kerangka dimensi sejarah antara lain :
a.
Teori Difusi menjelaskan bagaimana hubungan
antar kelompok terbentuk adalah melalui anggapannya tentang adanya proses
pembiakan dan gerak penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai dengan proses
adaptasi fisik dan sosial budaya dalam jangka waktu yang lama
(Koentjaraningrat,1990:240)
b.
Teori Akulturasi menjelaskan bahwa hubungan
anatar kelompok dilihat dari pengaruh yang ditinggalkan. Teori akulturasi
berpendapat bahwa pertemuan dua kebudayaan akan menyebabkan diterima dan
diolahnya kebudayaan asing tetapi kebudayaan sendiri tidak hilang
(Koentjaraningrat,1990:248)
c.
Teori Asimilasi mengacu pada pengertian proses
sosial yang timbul apabila ada kelompok-kelompok dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda saling bergaul secara langsung dan intensif untuk
jangka waktu yang lama sehungga kebudayaan-kebudayaan kelompok – kelompok tadi
masing-masing berubah sifatnya yang khas dan juga unsur-unsurnya berubah
menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran (Koentjaraningrat,1990:255). Hal-hal
yang menghambat berlangsungnya proses asimilasi adalah :
1)
Kurangnya
pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi
2)
Sifat
takut terhadap kekuatan dari kebudayaan yang lain
3)
Perasaan
superioritas pada individu-individu dari suatu kebudayaan terhadap kebudayaan
lainnya.
2.
Dimensi
Sikap
Mengkaji
hubungansosial antar kelompok masyarakat dari dimensi sikap maka harus dilihat
pada bagaimana soikap anggota suatu kelompok terhadap kelompok lainnya.
Stereotype adalah citra sederhana yang kaku
dan negatif yang dikenakan pada anggota-anggota kelompok sosial tanpa melihat
pada fakta yang sebenarnya.
Prasangka
(Prejudice) lebih mengarah pada sikap
bermusuhan yang ditunjukkan kepada suatu kelompok tertentu atas dasar bahwa
kelompok tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan (Sunarto,2000:155).
Mengenai
prasangka , terdapat beberapa teori yang menawarkan ide mengapa prasangka
timbul (Goode,1988:273-274)
1)
Teori Konflik Ekonomi Dan Politik berpendapat bahwa ketika dua
kelompok ras atau etnik tinggal di daerah yang sama maka mereka akan
berkompetisi memperebutkan sumber daya alam yang sama.
2)
Teori Kepribadian berpendapat bahwa prasangka
berfungsi secara psokologis bagi kelompok mayoritas yang karena berbagai
alasan, merasa tidak tercukupi.
3)
Teori Otorianisme berpendapat bahwa sikap negatif
dan bermusuhan terhadap kelompok minoritas juga sebagai akibat dari Otorianisme yang diartikan
sebagai cara pandang terhadap hubungan manusia yang sifatnya kaku dan
hierarkis, keenderungan untuk melihat realitas secara sederhana yaitu hitam
atau putih, dengan mengabaikan banyaknya corak abu-abu.
4)
Teori Tradisionalisme diartikan sebagai harapan untuk
memelihara tradisi dan menentang perubahan.
3.
Dimensi
Gerakan Sosial
Dimensi
gerakan sosial melihat pada gerakan sosial yang sering dilancarkan oleh suatu
kelompok untuk melepaskan diri dari dominasi kelompok lainnya. Gerakan sosial
ini dipicu oleh rasa kekecewaan dan penderitaan lahir batinakibat dominasi
tersebut.
4.
Dimensi
Perilaku
Dimensi
perilaku menyangkut perilaku anggota suatu kelompok terhadap anggota kelompok
yang lain. Hal ini menyangkut antara lain perilaku diskriminasi dan
pemeliharaan jarak sosial. Goode(1988:255) mengartikan diskriminasi sebagai memperlakukan rasial, etnik dan
minoritas lainnya secara tidak semestinya , tidak adil, menghakimi mereka
berdasarkan kriteria yang tidak relevan.
Tipe
diskriminasi rasial dan etnik ( Goode,1988: 276)
1)
Direct Legal Discrimination : diskriminasi yang mendapat
pembenaran secara hukum
2)
Direct Non Legal Discrimination : diskriminasi yang tidak
diwujudkan dalam aturan hukum melainkan apa yang dihasilkan dari tindakan
individu.
3)
Instistutional Racism.
5.
Dimensi
Institusi (Instititutional Racism)
Dimensi
institusi yang mendasari hubungan antar kelompok meliputi institusi yang ada di
dalam masyarakat seperti institusi sosial, politik, ekonomi dan lain-lain.
Institutional
racism diartikan sebagai pola-pola perlawanan kelompok minoritas yang
dihasilkan di dalam ketidaksamaan rasial yang muncul secara terus menerus ,
bahkan tanpa diskriminasi formal (Goode,1988:278). Institutional Racism disebut juga Indirect Discrimination.
C.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HUBUNGAN ANTAR-KELOMPOK
1.
Rasialis
Ras
merupakan topik penting dalam kajian sosiologi. Dalam kajian sosiologi ras ini
berhubungan dengan stratifikasi sosial dan ketidaksamaan.
2.
Etnisitas
Kelompok
etnis diartikan sebagai serangakain orang yang berbagi budaya umum, atau
subkulktur yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya ( Goode, 1988:268)
3.
Seksisme
Kategori
kelompok sosial berdasarkan jenis kelamin mengakibatkan munculnya stratifikasi
sosial yang menempatkan kelompok laki-laki berada pada posisi dominan sedangkan
kelompok perempuan pada kelompok subordinat, atau sebaliknya.
4.
Ageisme
Di
dalam masyarakat terdapat norma-norma yang mengatur hubungan sosial antara kelompok
yang berusia tua dengan kelompok yang berusia muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar